BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di masa yang
akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan yang berat karena kehidupan
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu
kurikulum pendidikan harus dirancang dan
diimpletasikan untuk menjawab tantangan global ini. Untuk menjawab tantangan
ini, dalam dunia pendidikan kedudukan dan peran guru adalah sangat menentukan.
Sebab dalam organisasi pendidikan, proses produktif pembelajaran yang paling
ditekankan, dengan demikian guru adalah orang yang ada di garis terdepan pada
proses pendidikan di sekolah. Dia merupakan perancang, pelaksana, dan
pengevaluasi proses pembelajaran. Jadi tidak berlebihan jika dikatakan guru
adalah orang yang tahu proses nyata yang terjadi di sekolah. Oleh karena itu,
guru harus selalu tanggap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi yang
berjalan dengan sangat cepat. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa guru merupakan
kunci dari segala usaha untuk mengembangkan sekolah. Dengan demikian , upaya
peningkatan mutu sekolah bahkan mutu pendidikan pada umumnya tanpa meningkatkan
mutu gurunya merupakan upaya yang sia-sia.
Dalam pasal
1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen dinyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik , mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Terkait dengan tugas
pembelajaran, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 ayat (2) dinyatakan bahwa ”pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi”. Dalam konteks demikian sebenarnya guru
dituntut untuk berperan sebagai sutradara, aktor sekaligus penonton kritis atas
apa yang dia kerjakan. Sebagai sutradara ia dituntut untuk membuat skenario
pembelajaran (rencana pembelajaran) yang akan dilaksanakan bersama-sama.
Sebagai aktor ia bersama siswa harus menjalankan peran sebagaimana yang
dituntut dalam skenario yang telah ia buat dan sebagai penonton kritis ia
dituntut untuk selalu mengamati proses pembelajaran yang terjadi sebagai bahan
refleksi untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan program
pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Secara umum
tugas guru mata pelajaran IPS adalah sama dengan tugas guru mata pelajaran
lainnya. Namun demikian dengan melihat karakteristik mata pelajaran IPS berbeda
dengan mata pelajaran lainnya, maka setidaknya ada beberapa hal yang menjadi
pembedanya. Misalnya, pada kurikulum sekarang ini (KTSP) ditekankan bahwa
substansi mata pelajaran IPS merupakan IPS terpadu, maka tuntutannya adalah
bahwa guru IPS sekarang ini harus memahami dan menerapkan model-model
pembelajaran terpadu sebagaimana tuntutan kurikulum. Karakteristik IPS lainnya
adalah bahwa masalah-masalah sosial kemasyarakatan sebagai objek kajian IPS
selalu berkembang terus menerus, maka sebagai guru mata pelajaran IPS dituntut
untuk selalu mengikuti perkembangan itu agar apa yang diajarkannya selalu up to date (masalah-masalah terkini).
B.
Rumusan masalah
1.
Apa saja
ketrampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam mengajar?
2.
Bagaimana
merancang/merencanakan penggunaan metode pembelajaran IPS SD?
3.
Bagaimana
menerapkan metode pembelajaran IPS di SD?
4.
Bagaimana
menerapkan metode mengajar baik secara individu maupun secara kelompok?
C.
Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, penulis
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui ketrampilan yang harus dimiliki seorang guru dalam mengajar.
2.
Untuk
merancang/merencanakan penggunaan metode pembelajaran IPS SD.
3.
Agar dapat
memahami penerapan metode pembelajaran IPS di SD.
4.
Memahami
penerapan metode mengajar yang baik.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KETRAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI SEORANG GURU
Seorang guru
professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan
keterampilan dasar mengajar. Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8
keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu:
keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup
pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
1.
Ketrampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal
yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat
berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan.
Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab
pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan
memberikan dampak positif.
Untuk meningkatkan partisipasi siswa
dalam proses belajar mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada
waktu mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus
menghindari kebiasaan seperti : menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban
siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban
serentak, menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan
pertanyaan ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa
kalimat tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam
golongan pertanyaan. Ketrampilan bertanya di bedakan atas ketrampilan bertanya
dasar dan ketrampilan bertanya lanjut.
Ketrampilan bertanya dasar mempunyai
beberapa komponen dasar yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis
pertanyaan. Komponen-komponen yang di maksud adalah : Pengungkapan pertanyaan
secara jelas dan singkat, Pemberian acuan, pemusatan, Pemindah giliran,
Penyebaran, Pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Sedangkan ketrampilan bertanya
lanjut merupakan lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih
mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar
pertisipasi dan mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Ketrampilan
bertanya lanjut di bentuk di atas landasan penguasaan komponen-komponen
bertanya dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam
penerapan ketrampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut
itu adalah : Pengubahan susunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan,
Pengaturan urutan pertanyaan, Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan
terjadinya interaksi.
2.
Ketrampilan Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal
ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan
balik (feed back) bagi si penerima
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan
respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas
dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar
siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran,
merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar
serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan
penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai
penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara
bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah :
Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan,
persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan
berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan
dengan sentuhan (contact), penguatan
dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan
penguatan tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan
tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari
penggunaan respons yang negatif.
3.
Ketrampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu
kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan
untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa
senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam
kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen,
yaitu :
Variasi dalam cara mengajar guru,
meliputi : penggunaan variasi suara (teacher
voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing),
kesenyapan atau kebisuan guru (teacher
silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam
ekspresi wajah guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers movement).
Variasi dalam penggunaan media dan
alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang
digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar,
dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai
berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan
yang dapat diraba (motorik), dan
variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
Variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar
tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas
demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Ketrampilan
Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan
menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara
sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Secara garis besar komponen-komponen ketrampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu
: Merencanakan, hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan
penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang
telah ditentukan. Dan penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian
tekanan, dan penggunaan balikan.
5.
Ketrampilan Membuka dan Menutup
pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka
pelajaran (set induction) ialah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk
menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang
positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Komponen ketrampilan membuka
pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi
acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara
materi-materi yang akan dipelajari. Komponen ketrampilan menutup pelajaran
meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
6.
Ketrampilan Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses
yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan,
atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan
siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya
ketrampilan berbahasa.
7.
Ketrampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan
guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam
melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen
ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat prefentip)
berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan
pelajaran, dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8.
Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil
dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini
ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil,
dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen ketrampilan yang digunakan
adalah: ketrampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, ketrampilan
mengorganisasi, ketrampilan membimbing dan memudahkan belajar dan ketrampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan
ketrampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk
mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Ketrampilan mengajar yang
esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat,
penguasaan komponen ketrampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan
perhatian secara khusus kepada komponen ketrampilan yang objektif dan
dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Dari delapan kompetensi yang telah
dijelaskan di atas, yang paling penting bagi guru adalah bagaimana cara guru
dapat menggunakan agar proses pembelajaran dapat berjalan baik. Salah satu
faktor yang dapat mengukur proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
makin banyaknya jumlah siswa bertanya.
B. METODE MENGAJAR INDIVIDU DAN KELOMPOK
Metode mengajar kelompok sangat dibutuhkan untuk
siswa yang jumlahnya besar sehingga dibutuhkan teknik tesendiri untuk
mengetasinya, sebab kelompok itu dipandang sebagai massa dengan segala sifat
yang menjadi ciri – ciri massa. Walaupun tidak selalu bahwa guru itu menghadapi
kelompok besar, namun kiranya perlu mengetahui beberapa diantaranya karena
mungkin suatu saat ia dibutuhkan. Berikut beberapa beberapa diantaranya :
1. Metode Mengajar Individu
Beberapa metode mengajar yang dapat
divariasikan oleh pendidik diantaranya :
a.
Metode Ceramah (Preaching
Method)
Metode
ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti
secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
kelemahan
metode ceramah adalah :
1)
Membuat siswa pasif
2)
Mengandung unsur paksaan kepada siswa
3)
Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
4)
Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
5)
Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak
didik.
6)
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
7)
Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
kelebihan
metode ceramah adalah :
1)
Guru mudah menguasai kelas.
2)
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3)
Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
4)
Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
b.
Metode diskusi ( Discussion
method )
Muhibbin
Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang
sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan
resitasi bersama ( socialized recitation
).
1)
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar untuk :
Mendorong siswa berpikir kritis.
2)
Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
3)
Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memcahkan masalah bersama.
4)
Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang
seksama.
Kelebihan
metode diskusi sebagai berikut
1)
Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan
2)
Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
3)
Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan
metode diskusi sebagai berikut :
1)
tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2)
Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
3)
Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
4)
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
c.
Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian,
aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful
Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat
psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah :
1)
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan
2)
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang
sedang dipelajari.
3)
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan
metode demonstrasi sebagai berikut :
1)
Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya
suatu proses atu kerja suatu benda.
2)
Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
3)
Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah
dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan
obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan
metode demonstrasi sebagai berikut :
1)
Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda
yang akan dipertunjukkan.
2)
Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
3)
Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang
kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
2. Metode Mengajar Kelompok
a. Seminar
Penggunaan Seminar
Seminar ini akan efektif bila :
-
Tersedia
waktu yang cukup untuk membahaspersoalan
-
Problema
sudah di rumuskan dengan jelas
-
Para peserta
dapat di ajak berfikir logis
-
Problema
memerlukan pemecahanyang sistematis
-
Probleme
akan di pecahkan secara menyeluruh
-
Pimpinan
sidang cukup terampil dalam mengginakan metode ini
-
Kelompok
tidak terlalu besar sehingga memungkinkan setiap peserta mengambil bagian dalam
berpendapat
Kelebihan :
-
Membangkitkan
pemikiran yang logis
-
Mendorong
pada analisa menyeluruh
-
Prosedurnya
dapat di terapkan untuk berbagai jenis problema
-
Meningkatkan
keterampilan dalam mengenal problema
Kelemahan :
-
Membutuhkan
banyak waktu
-
Memerlukan
pimpinan yang terampil
-
Sulit di
pakai bila kelompok terlalu besar
-
Mungkin
perlu di lanjutkan pada diskusi yang lain
b. Simposium
Penggunaan Simposium
-
Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu
topik tertentu
-
Jika kelompok peserta besar
-
Kalau kelompok membutuhkan keterampilan ringkas
-
Jika ada
pembicara yang memenuhi syarat
Kelebihan :
-
Dapat di
pakai dalam kelompok besar maupun kecil
-
Dapat
mengemukakan informasi banyak dalam waktu singkat
-
Penggantian
pembicara menambah variasi dan sorotan dari berbagai segi akan menjadi sidang
lebih menarik
-
Dapat di
rencanakan jauh sebelumnya
Kelemahan :
-
Kurang
spontanitas dan kreatifitas
-
Menekankan
pokok pembicaraan
-
Agak terasa
formal
-
Sulit
mengadakan kontrol waktu
-
Membutuhkan
perencanaan sebelimnya dengan hati-hati untuk menjamin jangkauan yang tepat
-
Cenderung di
pakai secara berlebihan
c. Forum
Pengunaan
Forum
Forum
digunakan sebagai suatu metode pengajaran kelompok :
-
Untuk memeberi kesempatan interaksi kelompok
-
Pada saat diperlukan kombinasi antara maksud penyajian dengan reaksi kelompok
-
Jika diinginkan pandangan atau tanggapan dari pengunjung
-
Kalau kelompok itu sangat besar
Kelebihan :
-
Menambah pandangan dengan reaksi pengunjung
-
Dapat dipakai terutama pada kelompok yang besar
-
Dapat dipakai untuk menyajikan keterampilan yang baik dalam waktu yang singkat
-
Penggantian pembicara untuk menambah variasi
Kelemahan :
-
Membutuhkan banyak waktu
-
Pribadi masing-masing pembicara daoat memaksakan pada materi yang kurang tepat
-
Tanggapan dari kelompok tertunda
-
Sulit mengendalikan waktu
-
Periode forum mudah terulur
d. Musyawarah Kerja
Penggunaan
Rapat Kerja
Rapat kerja
digunakan untuk dua hal pokok yaitu :
-
Kalau dirasa ada kebutuhan untuk saling bertukar pengalaman
-
Timbul kebutuhan untuk mengevaluasi program kerja yang telah ada untuk
mengembangkan sesutu yang baru
Kelebihan :
-
Persoalan yang dihadapi dapat dipecahkan bersama
-
Menambah pengalaman dari hasil kerja orang lain
-
Mendapatkan perkembangan-perkembangan baru di bidang kerja
-
Evaluasi program akan menjadi umpan balik untuk penyempurnaan kerja
Kelemahan :
-
Rapat kerja memakan waktu lama sehingga seseorang harus meninggalkan pekerjaan
cukup lama
-
Kalau bidang yang dibahas selalu luas,sering tidak tuntas
-
Membutuhkan oersiapan sistematis untuk tiap bidang kerja yang akan di evaluasi
Kadang-kadang tidak semua masalah
yang diinventarisasi dapat masuk ke panitia jauh sebelumnya
BAB III
PEMBAHASAN
A.
MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
1.
Merencanakan Penggunaan Metode
Pembelajaran IPS di SD yang berlandaskan Pendekatan Personal
Pendekatan personal adalah suatu
pendekatan dalam pengajaran yang berorientasi kepada pengembangan diri individu
dan pembentukan pribadi. Pendekatan dengan menggunakan pendekatan personal
bersifat menolong siswa dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan
lingkungan. Melalui pendekatan ini siswa diharapkan dapat melihat diri pribadi
dan sebagai pribadi yang berbeda dalam suatu kelompok serta memiliki kecakapan
tertentu. Dengan demikian diharapkan siswa mampu menghasilkan hubungan
interpersonal yang cukup baik dengan kelompoknya.
Teori –teori yang menghasilkan
model-model yang serumpun dengan pendekatan personal adalah:
1. Model
pengajaran non directif, oleh Varl Rogers
2. Model
latihan kesadaran, oleh Frits Perst dan William Schurt
3. Model
Synectic oleh, William Gordon
4.
Model sistem
konsepsional, oleh David Hunt
5.
Model
pertemuan kelas, oleh William Glasser
Dalam kelima model tersebut yang akan dibahas lebih
lanjut adalah model pertemuan kelas dari Glasser
Glasser membedakan pertemuan kelas menjadi 3 yaitu :
1. Tipe pertemuan pemecahan sosial
Tipe pertemuan ini fokusnya terarah
kepada masalah –masalah perilaku dan sosial.dalam pertemuan kelas ini berupaya
mengembangkan tanggung jawab untuk belajar dan berperilaku dengan jalan
memecahkan masalah mereka didalam kelas
2. Tipe pertemuaan terbuka
Pada pertemuan terbuka siswa diberi
kebebasan untuk berfikir dan bertanya tentang masalah – masalah yang berkaitan
dengan kehidupan mereka dalam pertemuan terbuka seringkali siswa mempunyai
inisiatif untuk membicarakan topik yang berkaitan dengan pengalaman mereka
sendiri
3. Tipe pertemuan terarah terbuka
Pada pertemuan terarah terbuka pada
dasarnya sama dengan pertemuan terbuka. Bedanya , pada pertemuan terarah
terbuka permasalahanya yang akan dibicarakan sudah diarahkan kepada materi atau
bahan yang sedang dipelajari oleh siswa didalam kelas. Dengan kata lain
pembicaraan dan pertanyaan diarahkan kepada masalah – masalahyang sudah
dirancang sesuai dengan materi yang dipelajari
Salah satu
pendekatan personal yang dipilih adalah model pertemuan kelas oleh William
Glasser yang terarah terbuka.
Dalam pertemuan kelas ada tahap – tahap yang harus
dilalui yaitu:
1.
Menciptakan
iklim yang mengundang keterlibatan.dalam hal ini dipelukan iklim yang
hangat,bersifat pribadi,menciptakan hubungan yang baik antara guru-siswa,dan
siswa dengan siswa.dalam hal ini guru harus mendorong setiap siswa untuk
berperan dan menyeleksi pendapat tanpa celaan dab penilaian.
2.
Menyajikan
masalah untuk diskusi
a.
Mengajukan
permasalahan,kemudian
b.
Siswa
memberikan contoh-contoh
c.
Siswa
mendiskripkan masalah
d.
Iswa
mengidentifikasi konsekuensi(mencari pemecahan)dan
e.
Siswa
mengidentifikasikan norma – sosial.
3.
Mengembangkan
pertimbangan nilai pribadi
4.
Dalam hal
ini siswa dapat membuat pertimbangan pribadi terhadap prilaku siswa, untuk itu
siswa harus :
a.
Mengidentifikasikan
nalai yang terkandung dibelakang masalah prilaku dan norma.
b.
Siswa
membuat pertimbangan pribadi terhadap norma dan menyatakan nilainya.
5.
Mengidentifikasikan
alternatif tindakan.
Dalam hal ini siswa:
a.
Mendiskusikan
alternatif kusus
b.
Siswa
sepakat mentaatinya
6.
Merumuskan
kesepakatan.
Dalam hal ini siswa merumuskan
kesepakatan bersama.
7.
Perilaku
tindak lanjut.
Dalam hal ini guru meminta kepada
siswa untuk menilai efeksivitas perilaku baru dan mencari tindakan berikutnya
(tindak lanjut)
2.
Merencanakan Penggunaan Metode
Pembelajaran IPS di SD yang berlandaskan Pendekatan Sosial
Pendekatan
sosial perlu dikembangkan mengingat proses – proses soaial akan dialami oleh
anak didik sehingga kegiatan belajar – mengajar harus membantu anak didik
mengambangkan kemampuan hubunagn dengan masyarakat dan mampu mengadakan
hubunagan antar pribadi.
Yang
dimaksud pendekatan sosial antara lain:
a.
Model
investigasi kelompok
b.
Model
inquiri sosial
c.
Metode
laboratori
b.
Model
yurisprudensial
c.
Model
bermain peran
d.
Model
simulasi sosial
Model
pendekatan sosial mempunyai tiga ciri utamayaitu :
a.
Adanya aspek
– aspek sosial dalam kelas yang dapat membutuhkan terciptanya diskusi kelas.
b.
Adanya
penetapan hipoteseis yang dapat digunakan sebagai arahan dalam memecahkan masalah.
c.
Dalam
menguji hipotesis dipergunakan masalah yang harus dipecahkan.
Dalam menggunakan pendekatan sosial fungsi guru tidak
sebagai pemberi perintah, tetapi sebagai pembimbing.Sebagai pembimbing maka
tugas guru adalah:
a.
Memberi
bantuan kepada siswa dalam menjelaskan kedudukannya sebagai siswa yang sedang
belajar.
b.
memberikan
bantuan kepada siswa tentang cara – cara belajar.
d.
memberikan
bantuan kepada siswa dalam menyusun rencana kegiatan.
e.
membantu
merumuskan dan menjelaskan setiap latihan yang ada dalam hipotesis maupun dalam
masalah yang akan dipecahkan.
Dalam
pembahasan ini yang akan dipilih untuk mengajarkan materi IPS di SD adalah
model inquiri sosial. Dalam menggunakn model inquiri sosial,ada tahap – tahap
yang harus dilalui :
Pertama
tahap orientasi
Dalam tahap
ini, siswa diminta memilih masalah sosial yang akan dijadikan pokok
bahasan.Masalah itu dapat bersumber dari peristiwa sosial atau disekolah atau
masyarakat sekitar sekolah.
Kedua tahap
hipotesis
Tahap mempunyai kejelasan untuk melakukan
pengujian.
a.
Valid atau mempunyai kejelasan untuk melakukan pengujian (menguji apa yang
seharusnya diuji)
b.
Kompatibilitas, yaitu kesesuaian antara hipotesis denagn pengalaman siswa atau guru yang
pernah diperoleh.
c.
Mempunyai
hubungan dengan peristiwa yang telah tejadi
sebelumnya.
Ketiga tahap definisi
Pada tahap
ini siswa mengadakan pembahasan tentang pengertian latihan – latihan yang
terdapat dalam hipotesis.Hal ini penting agar terdapat pengertian yang sama
pada setiap siswa.
Keempat tahap eksplorasi
Tahap
eksplorasi adalah tahap pengujian hipotesis denagn logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasi serta asumsi – asumsi.Apabila telah
teruji antara hipotesis dengan dasar logika,maka tahap berikutnya adalah
pembuktian dengan fakta – fakta.
Kelima tahap pembuktian
Dalam tahap
ini ,parasiswa mengumpulkan data dengan metode yang sesuai.Misalnyamelui
wawancara,angkey,dan observasi.Jika data telah terkumpul,kemudian diadakan
anlisis data untuk di simpulkan,Apakah hipotesis diterima atau tidak.
Keenam tahap Generalisasi
Tahap ini
merupakan tahap akhir dari model inkuiri sosial.Pada tahap ini telah dapat
disusun pernyataan terbaik dalam pemecahan masalah.Generalisasi yang dihasilkan
hendaknya disusun secara sederhana ,sehingga mudah dipahami siswa.
B.
PENERAPAN PENGGUNAAN METODE
PEMBELAJARAN
1. Menerapkan Penggunaan Metode Pembelarajan IPS di SD
yang Berlandaskan Pendekatan Personal
Sebagai contoh diambil GBPP Sekolah
Dasar kelas III
a.
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
Siswa mengenal ciri khas provinsi
setempat dan dapat menggunakan peta Indonesia.
b.
Pokok Bahasan
(PB)
Pengetahuan propinsi setempat dan
peta Indonesia.
c.
Sub Pokok
Bahasan (SPB)
Propinsi setempat
d.
Materi
Pelajaran/Uraian Materi
-
Menggambar
peta sederhana propinsi setempat
-
Menggunakan
propinsi setempat untuk membuat daftar kota, sungai, danau, gunung, batas –
batasnya dan simbol – simbolnya.
-
Memenemukan
petunjuk keadaan alam di propinsi setempat (Pegunungan, dataran, sungai, danau,
bukit, selat, teluk, hewan, tumbuhan)
-
Menggunakan peta/atlas
propinsi untuk menemukan daerah barang tambang, daerah wisata serta manfaatnya.
Setelah guru
memahami TIU, PB, SPB dan uraian materi, maka guru melaksanakan langkah –
langkah sebagai berikut :
a.
Menciptakan
iklim yang mengundang ketertiban siswa untuk dapat membuat kelas menjadi 4
kelompok, yaitu :
1)
Kelompok
pertama bertugas membuat peta propinsi setempat
2)
Kelompok
kedua bertugas membuat daftar kota, sungai, danau, gunung, batasnya dengan
propinsi tetangganya.
3)
Kelompok
ketiga bertugas menjelaskan keadaan alam propinsi setempat, yaitu gunung,
pegunungan, dataran, sungai, danau, bukti, selat, teluk, hewan, tumbuhan.
4)
Kelompok
keempat bertugas mengamati daerah – daerah tambang dan meletakkanya dalam peta.
Selain itu membuat prospek daerah yang dapat dijadikan objek wisata.
b.
Guru
memberikan pengarahan pada 4 kelompok tersebut. Tugas yang diberikan supaya
didiskusikan dalam kelompoknya. Setelah jelas mereka diminta mengerjakan
tugasnya masing – masing.
c.
Siswa
diminta memberikan penilaian terhadap kelompoknya masing – masing.
1)
Kelompok
pertama mengkaji apakah tugasnya sudah memenuhi persyaratan
2)
Kelompok
dua, tiga dan empat memberi penilaian terhadap keadaan alam, hasil tambang dan
objek wisata yang dimiliki oleh propinsinya.
d.
Setelah
memberi penilaian pada kelompoknya guru memberi pengarahan agar seluruh
kelompok (Kelas) memilih keadaan alam, tambang dan objek wisata apa yang dapat
dipilih untuk dikembangkan di propinsinya.
e.
Seluruh
kelas mengambil kesepakatan bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk menindak
lanjuti apa yang telah dipilih bersama pada propinsinya.
f.
Tindakan
selanjutnya adalah masing – masing kelompok penilaian efektifitas dari yang
telah dikerjakan untuk memperkuat tindakan berikutnya.
2. Menerapkan Metode Pembelajaran dengan Model Inkuiri
Sosial
Setelah memahami SPB dan uraian
materi seperti tertera diatas, maka dapat dipilih topik kerja bakti di daerah/ kota (RT/RW). Untuk itu ditentukan
langkah- langkah sebagai berikut:
Ø Tahap
orientasi
Siswa dengan
bimbingan guru menentukan masalah yang berkaitan dengan kerja bakti di daerah
kota (RT/RW).
Rumusan
masalahnya adalah : faktor-faktor yang menjadi penghambat kerja bakti di kota :
-
Penduduk
kota kurang mengenal satu sama lain (dalam RW)
-
Mempunyai
kesibukan yang berbeda
-
Gotong
royong kurang baik
Ø Tahap
hipotesis
Siswa dengan bimbingan guru menyusun hipotesis sebagai
berikut :
a.
Sulitnya
kerja bakti di kota (RT/RW) karena warga kurang kenal satu sama lain
b.
Sulitnya
kerja bakti di kota (RT/RW) karena gotong royong kurang baik
c.
Sulitnya
kerja bakti di kota (RT/RW) karena warga mempunyai kesibukan yang berbeda-beda
Ø Tahap
definisi
a.
Warga di
kota (dalam RT/RW) kadang-kadang kurang kenal antara satu dengan yang lain
sehingga ada rasa enggan untuk bersama- sama kerja bakti
b.
Gotong
royong di kota sudah sangat kurang (menipis). Padahal kerja bakti memerlukan
kerja gotong royong
c.
Warga di
kota (dalam RT/RW) mempunyai kesibukan yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk
membuat kesepakatan kerja bakti dari seluruh anggota/ warga RT/RW
Ø Tahap
eksplorasi
Siswa
mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan mengembangkan
hipotesis dengan implikasinya serta asumsinya yang mendasarinya. Apakah betul,
sulitnya kerja bakti karena kurang kenal? Masyarakat kota, rasa kekeluargaan
kurang. Mereka cenderung bersifat individualistis. Karena itu gotong royong
kurang baik. Lebih – lebih didukung adanya ksibukan dari masing – masing warga.
Ø Tahap
Pembuktian
Siswa dengan
bimbingan guru melakukan pengumpulan data tentang mengapa kerja bakti dikota
(RT/RW) sulit dilakukan. Setelah data terkumpul diadakan analisis dan
dihubungkan dengan hipotesis. Data yang terkumpul mungkin sebagian besar
menjawab “Sibuk” atau “Tak Tahu Bahwa ada Kerja Bakti”(Sibuk), atau data lain
yang relevan dengan ketiga hipotesis maka hipotesis dapat diterima.
Ø Tahap
Generalisasi
Setelah hipotesis terbukti
(diterima) atau ditolak siswa atas bimbingan guru menyusun pernyataan terbaik
sebagai jawaban atas masalah yang dibahas yaitu : jika hipotesis diterima.
a.
Kesibukan
warga (RT/RW) menghambat dilaksanakannya kerja bakti didaerah kota.
b.
Menipisnya
gotong royong, menghambat dilaksanakannya kerj bakti di daerah kota.
Dalam
menggunakan model inkuiri sosial sebagai metode mengajar, dapat digunakan media
slide suara, yaitu kesibukan warga kota yang beraneka ragam. Selain itu situasi
perumahan dikota yang mempunyai pemisah (tembok tinggi) antara rumah satu
dengan rumah yang lain. Hal itu mendukung kurangnya hubungan antara warga di RT
dan RW yang bersangkutan.
BAB III
Penutup
1.
simpulan
Seorang guru professional telah
mengikuti beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar.
Dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8 keterampilan yang dapat
digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu: keterampilan bertanya,
keterampilan memberikan penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas,
ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Dalam merancang
penggunaan metode pembelajaran ada 2 cara, yaitu Merencanakan Penggunaan Metode
Pembelajaran IPS di SD yang berlandaskan Pendekatan Personal dan Merencanakan
Penggunaan Metode Pembelajaran IPS di SD yang berlandaskan Pendekatan Sosial
Sedangkan Penerapan
penggunaan metode pembelajaran ada 2 cara, yaitu Menerapkan Metode Pembelajaran
dengan Model Inkuiri Sosial dan Menerapkan Penggunaan Metode Pembelarajan IPS
di SD yang Berlandaskan Pendekatan Personal.
Metode
mengajar kelompok sangat dibutuhkan untuk siswa yang jumlahnya besar sehingga
dibutuhkan teknik tesendiri untuk mengetasinya, sebab kelompok itu dipandang
sebagai massa dengan segala sifat yang menjadi ciri – ciri massa.
2.
Saran
Dari
pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran IPS di
SD kelas rendah terdiri dari beberapa pendekatan, model dan metode. Jadi dalam
penerapannya dapat diterapkan melalui berbagai macam cara, dengan demikian
diharapkan siswa dapat menerima pengajaran dengan mudah.